YK 2009 Trip Day 2 – 20/04/09
13/05/2009 9 Comments
Hari kedua!! Setelah tidur pulas banget karena kecapekan di hari pertama, hari ini gw akan melanjutkan perjalanan gw bareng Tante Santi dan Mas Aging. Tujuan hari kedua ini adalah candi2 di sekitar Prambanan. Berangkat dari rumah di Sleman dan berbekal petunjuk dari web-nya seorang teman sesama pencari batu yaitu Maw, kami bertiga menuju ke arah Prambanan dengan rute candi sebagai berikut: Candi Kedulan – Candi Gana – Candi Merak – Candi Sojiwan – Candi Kadisoka.Kunjungan pembuka kami adalah Candi Kedulan yang terletak di Dusun Kedulan, Kelurahan Tirtomani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Detail untuk mencapai lokasi candi ini bisa diklik di sini. Sewaktu gw datang ke sini, gw cuma bisa melihat cerukan tanah yang persis empang. Yeup! Candinya tenggelam karena bulan April ini masih dalam kategori musim hujan. Huhuhu.. Gw miris banget melihat nasib candi yang tenggelam ini, seperti bertolak belakang dengan nasibnya di saat mereka masih dipuja-puji sebagai tempat suci oleh umat Hindu zaman dahulu. Kepada pemerintah dan siapapun yang merasa terkait tentang hal ini: Please… They deserve an appropriate preservation!! Huhh.. Rasanya mo marah aja melihat pembangunan2 yang sifatnya komersil itu bisa cepat banget dapat suntikan dana dari donatur2, tapi giliran perawatan dan pengembangan untuk hal2 yang bersifat sejarah budaya seperti ini koq susah banget. Gw akuin sih klo gw juga ga bisa bertindak banyak untuk hal ini, gw cuma bisa mensosialisasikan kecintaan gw akan indahnya candi dan sejarah Indonesia di masa lalu melalui cerita2 gw dari mulut ke mulut. Tapi kenapa sih susah banget untuk memberikan sedikit aja perhatian dan penghargaan lebih untuk bukti2 peninggalan sejarah bangsa kita yang luar biasa ini?? Indonesia is one of a kind. Coba lihat deh negeri2 tetangga kita yang peninggalan sejarahnya miskin dan ga sebanyak kita. Seharusnya kan peninggalan2 sejarah ini bisa dijadikan keunikan tersendiri dari Indonesia, ga harus meniru Singapore dengan pembangunan mall di sana-sini. Ayo dunk semuanya, “Kenali negerimu, cintai negerimu”. Karena klo udah kenal, dijamin bakal mudah deh untuk jatuh cinta. *Agak emosi sepertinya gw.. Hiks.. :(*
Kembali ke pembahasan perihal Candi Kedulan, menurut sumber dari internet, candi ini ditemukan pada tahun 1993 oleh para penambang pasir ketika sedang menggali pasir. Candi ini terkubur pada kedalaman 7 meter dari permukaan tanah. Dari hasil penelitian geologi, diketahui bahwa ada 13 lapisan tanah yang mengubur candi ini dan beberapa di antaranya adalah endapan lahar. Sehingga bisa disimpulkan bahwa lahar yang mengubur candi ini berasal dari 13 kali letusan Gunung Merapi. Candi Kedulan menghadap ke timur dengan 1 buah candi induk dan 3 buah candi perwara.

Candi Kedulan yang tenggelam

bebatuan candi yang tenggelam
Melihat keadaan Candi Kedulan yang memprihatinkan membuat Tante Santi mengajak gw untuk beranjak mengunjungi candi2 berikutnya. Jadi pergilah kami bertiga menuju tujuan selanjutnya, Candi Gana. Candi Gana terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Lagi-lagi cara untuk bisa sampai ke lokasi ini gw rujuk dari sini. Walaupun sudah membekali diri dengan petunjuk jalan, nyatanya tetap aja kami bertiga kesasar di pemukiman penduduk. Alhasil gw harus turun dari mobil berpanas2an dan bertanya ke sebuah rumah yang saat itu pemiliknya sedang menjemur pakaian. Begitu gw tanyakan lokasi Candi Gana, si ibu ini bingung. Katanya: “Candi Gana? Ndak tau, Mbak. Kayaknya ndak ada.” *He?? Koq bisa ga ada? Lantas si Maw nemu candi ini dimana??* Lalu si ibu ini bertanya, “Memangnya di desa mana, Mbak?” Dan gw jawablah dengan lengkap beserta kecamatannya sekalian. Dan kata2 si ibu berikutnya cukup bikin gw kaget, “Oh!! Candi Asu kali ya!!”. Dan teriakan si ibu ini akhirnya cukup keras untuk bikin tetangga di depan rumahnya keluar dan bergabung dengan kami. Jadilah 2 orang ibu2 ini meyakinkan gw bahwa Candi Gana yang gw maksud itu dikenal sebagai Candi Asu oleh penduduk sekitar.
Singkat cerita, akhirnya sampailah kami di Candi Gana. Sesampainya di lokasi, yang gw lihat cuma kumpulan susunan batu2 andesit. Hanya bagian kaki dan tangga candi yang terlihat jelas dengan relief yang sangat minim. Gw cuma bisa bertanya sedikit kepada penjaga candi karena saat itu beliau sedang makan siang. Menurut informasinya, candi ini sudah tidak bisa direkonstruksi lagi karena banyak batu2 yang hilang dan pengaruh seringnya gempa yang terjadi di Yogyakarta, dan hasil penyusunan yang saat ini gw lihat adalah hasil rekonstruksi yang maksimal. Ga tau kenapa hari kedua ini sepertinya koq gw agak sedikit emosionil ya, karena lagi2 setelah mendengar penjelasan dari si bapak, gw tiba2 merasa sedih dan prihatin dengan keadaan candi ini yang akhirnya cuma bisa jadi onggokan batu tanpa makna. Menurut penjelasan yang ada di web-nya si Maw, candi ini merupakan candi berlatar belakang agama Buddha dengan adanya stupa di halaman candi. Candi ini juga termasuk dari 4 candi yang mengelilingi Candi Sewu yang berada di sebelah timurnya.

Candi Gana

stupa di halaman candi

sepertinya relief ini penyebab kenapa candi ini disebut Candi Asu oleh penduduk sekitar
Lanjut!! Candi berikutnya yang akan kami sambangi adalah Candi Merak, dan petunjuk jalannya bisa dilihat detail di sini. Candi Merak ini sukses berat bikin kami bertiga nyasar jauh dari patokan awal yaitu Kantor Kecamatan Karangnongko di Klaten. Tapi ga apa2, nyasar ternyata ada hikmahnya karena kami bertiga bisa melewati pemandangan indah yaitu hamparan sawah hijau yang ada di kanan kiri jalan dengan lukisan bukit2 sebagai latar belakangnya. Setelah 2 kali bertanya arah ke tukang ayam keliling dan tukang bakso, akhirnya kami tiba juga di lokasi. Candi Merak berada di Desa Karangnongko, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Candi ini merupakan candi Hindu dengan 3 buah candi perwara, arca Ganesha, arca Durga dan yoni tanpa lingga. Arca Durga di candi induk ini terlihat sedang menaiki sapi, sedangkan pada yoni terdapat relief binatang sapi, kura2 dan ular. *Hmmm.. Relief yang ada di yoni koq sepertinya familiar banget, pernah gw liat dimana ya?* Menurut papan informasi, candi ini bangun sekitar abad ke 9-10 Masehi oleh keluarga Kerajaan Mataram Kuna dan mulai dipugar pada tahun 1925 oleh Dinas Purbakala.

Candi Merak
Candi yang beruntung untuk kami kunjungi berikutnya adalah Candi Sojiwan. Lagi2 kali ini masih merunut catatan berisi petunjuk jalan yang gw catat dari sini. Candi ini terletak di Desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Sebenarnya tujuan gw mengunjungi candi ini bukan cuma untuk memuaskan hasrat terpendam terhadap bebatuan, tapi juga untuk meninjau lokasi karena di candi inilah teman2 pencinta candi akan kopi darat besok. 😛 Seperti yang diduga, kami pun kesasar jauh (lagi) sampai ke jalanan yang menuju Candi Barong dan bisa menemukan letak candi ini setelah bertanya kepada seorang anak kecil dan kumpulan bapak2 yang lagi ngobrol di pinggir jalan.Begitu sampai di lokasi, ternyata candi ini sedang dipugar oleh banyak sekali pekerja, dan seperti candi2 lain yang sedang dipugar, lokasi ini pun sedang dipasang tiang pancang yang menurut Maw, tiang pancang yang berbentuk segitiga ini fungsinya adalah untuk menaikkan atau mengembalikan posisi2 batu dengan menggunakan tali. Dan ternyata ukuran candi ini cukup besar, sepertinya klo candi ini sudah selesai dipugar bentuknya akan mirip dengan Candi Mendut. Sayangnya ga lama setelah kami turun dari mobil, hujan langsung turun. Jadilah kami ga bisa berlama2 di sana dan cuma bisa potrat-potret secukupnya. Menurut sebuah sumber di internet, candi ini ditemukan pada tahun 1813 oleh Kolonel Colin Mackenzie, seorang penjelajah asing. Candi Sojiwan yang merupakan candi agama Buddha ini dibangun dalam kurun waktu yang bersamaan dengan Candi Plaosan, yaitu pada abad ke 9 Masehi. Dengan keadaan sekitar candi yang dipenuhi oleh para pekerja, gw kesulitan memperhatikan relief2 yang ada pada dinding candi. Padahal dari sumber yang sama di internet, di kaki candi ini terdapat 20 relief Pancatantra atau Jataka yang adalah cerita fabel dari India.
ke candi tanpa kesasar kurang nikmat rasanya, wekekekek…
Hmmm… pas baca jadi serasa ngikut tripnya,jadi ikut Cape.
Soalnya jari telunjuk kanan Gw tiba2 ikut cape (Gulung Scroll mulu)
Kayaknya udah deh, yang kurang itu mengambil pelajaran dari sejarah bangsanya…
“Kepada pemerintah dan siapapun yang merasa terkait tentang hal ini: Please… They deserve an appropriate preservation!! ”
mungkin kalo candi2 ini bisa “menghasilkan” spt borobudur akankah pemerintah berpikir lain?
tanya siapa….
hehehhe
tulisan lo bagus, knp ga coba kirim ke majalah/koran? biar bisa lebih banyak org2 yang tau mengenai candi2 dan sejarah yang terkandung di dalamnya
🙂
keep on writing
mana yang hari ketiganya? kok gak muncul2? katanya lebih sedikit dari ini..
@nu abdi:
kayaknya sih gak brani dia mas takut ditolak ma reviewernya.. :))
**Aduh.. ditakol pake batu candi, Kaboooor ah…
hahah mungkin juga sih mas,,
ayo vin, buktikan kalo anggapan kami salah…
*nantangin mode ON
davinna.. gw besar di Jogja. tapi gw cuma tahu Jogja punya Candi Sambisari dan Candi Boko. Candi Prambanan tahu juga, tapi punya Jawa Tengah. Kok lo bisa tahu bahwa buaaanyak candi di Jogja sih. Hebat…
hehe.. taunya ya krn nyari, fan..
namanya juga cinta, pasti bakal dicari terus.. 😀
mbak, kl ke jogja lg ajakin aku ya? aku jg suka datangi candi2.
hoo.. ok.. tp ngajaknya piye ya? 😀